Ricuh Suporter PSIS vs Persib, Andang Ruhiat: Prihatin, Olahraga Itu untuk Mempersatukan, Patuhi Aturan

Ricuh Suporter PSIS vs Persib, Andang Ruhiat: Prihatin, Olahraga Itu untuk Mempersatukan, Patuhi Aturan

Pertandingan sepak bola antara PSIS Semarang dan Persib Bandung pada 25 September 2021 menyisakan sebuah kejadian yang memprihatinkan. Kericuhan antara suporter kedua tim di Stadion Moch. Soebroto, Magelang membuat banyak pihak prihatin dengan situasi ini. Salah satu pihak yang angkat bicara adalah Andang Ruhiat, seorang mantan pemain sepak bola Indonesia yang mengingatkan pentingnya menjaga olahraga sebagai alat untuk mempersatukan.

Andang Ruhiat, yang pernah membela Timnas Indonesia pada era 1980-an, menegaskan bahwa olahraga seharusnya menjadi ajang pertemuan, persaingan yang sehat, dan penghubung antara masyarakat yang berbeda. Ia menyampaikan keprihatinannya atas insiden ini, mengingat sepak bola adalah olahraga yang memiliki daya tarik luar biasa dalam menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang.

Namun, dalam situasi seperti ini, Andang Ruhiat juga menekankan pentingnya semua pihak untuk patuh pada aturan yang berlaku. Ia menyinggung bahwa kericuhan di dalam stadion bukanlah tindakan yang sesuai dengan semangat olahraga. Suporter harus bisa menjaga emosi dan menghormati lawan serta penggemar tim lawan.

Selain itu, Andang Ruhiat juga mengingatkan pentingnya peran para pemimpin klub dan federasi sepak bola dalam mengedukasi suporter dan para pemainnya. Mereka harus tetap menjalin komunikasi yang baik dengan suporter, memberikan pemahaman tentang etika dan tata tertib dalam menyaksikan pertandingan sepak bola.

Andang Ruhiat juga menyoroti perlunya kerjasama antara pihak kepolisian dan pengelola stadion dalam menjaga keamanan saat pertandingan. Pihak kepolisian harus mampu mengantisipasi potensi kerusuhan dan bertindak tegas terhadap pelanggar aturan. Sementara itu, pengelola stadion harus memperketat pengawasan dan memastikan keamanan para penonton.

Tidak hanya itu, Andang Ruhiat juga mengajak semua pihak untuk saling introspeksi. Suporter harus bertanya pada diri sendiri, apakah tindakan mereka selaras dengan semangat olahraga yang sesungguhnya. Begitu juga dengan pemain, klub, dan federasi sepak bola, mereka harus mengkaji kembali metode dan pendekatan yang digunakan dalam mengelola pertandingan dan menghadapi suporter.

Dalam kesimpulannya, Andang Ruhiat menegaskan bahwa olahraga adalah alat yang kuat untuk mempersatukan. Namun, untuk dapat mencapai hal itu, semua pihak harus mematuhi aturan yang berlaku. Kericuhan antara suporter PSIS dan Persib adalah sebuah peringatan bagi kita semua untuk menjaga semangat olahraga yang sesungguhnya. Mari kita bangun kesadaran bersama bahwa olahraga adalah ajang yang seharusnya menyatukan, bukan memecah belah.