Pada tanggal 23 November 2021, keributan antara suporter sepak bola terjadi di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Insiden ini disebabkan oleh konflik antara suporter Persis Solo dan Persijap Jepara yang berakhir dengan penggunaan gas air mata oleh aparat kepolisian untuk membubarkan kerumunan suporter yang saling serang.
Insiden ini menjadi sorotan publik karena bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesia. Kejadian serupa telah terjadi sebelumnya di berbagai stadion sepak bola di Indonesia, mengakibatkan cedera dan bahkan kematian bagi beberapa suporter. Insiden ini menunjukkan bahwa masalah pelanggaran protokol keamanan dan kekerasan antarsuporter belum terselesaikan dengan baik di sepak bola Indonesia.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induk organisasi sepak bola di Indonesia seharusnya bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah ini. Namun, Perhimpunan Suporter Terbaik Indonesia (PSTI) menyatakan bahwa PSSI belum melakukan upaya yang memadai dalam melakukan edukasi kepada suporter terkait perilaku yang benar di stadion.
Edukasi kepada suporter sangat penting untuk menghindari terjadinya keributan dan kekerasan di stadion. Suporter harus diberikan pemahaman mengenai pentingnya menghormati rivalitas tim, menjunjung tinggi sportivitas, dan mematuhi aturan yang berlaku di stadion. PSSI sebagai pengatur dan pengawas sepak bola di Indonesia memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada suporter.
Namun, hingga saat ini, upaya PSSI dalam melakukan edukasi kepada suporter dinilai belum maksimal. PSTI menyebut bahwa PSSI hanya fokus pada pengamanan dan penertiban di stadion, tanpa memberikan penekanan yang cukup pada edukasi kepada suporter. Hal ini menyebabkan suporter masih memiliki pola pikir yang tidak benar dan cenderung agresif di stadion.
Selain itu, PSTI juga menyoroti kurangnya koordinasi antara PSSI, klub sepak bola, dan aparat kepolisian dalam menangani masalah keributan suporter. PSTI menekankan pentingnya sinergi antara ketiga pihak tersebut dalam menjaga keamanan dan ketertiban di stadion. Tanpa kerja sama yang baik, sulit untuk mengatasi masalah kekerasan antarsuporter.
PSSI perlu meningkatkan upaya dalam melakukan edukasi kepada suporter. Selain menyampaikan pesan-pesan penting melalui kampanye dan program edukasi, PSSI juga harus memastikan bahwa klub sepak bola melibatkan suporter dalam upaya membangun atmosfer yang positif dan aman di stadion. Selain itu, PSSI juga harus bekerja sama dengan aparat kepolisian dalam meningkatkan pengamanan dan penegakan hukum di stadion.
Keributan suporter dan insiden gas air mata yang terjadi lagi di Stadion Maguwoharjo merupakan bukti bahwa PSSI belum secara efektif melakukan edukasi kepada suporter. PSSI harus segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Edukasi kepada suporter, sinergi dengan klub sepak bola dan aparat kepolisian, serta penegakan aturan yang tegas di stadion merupakan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menciptakan suasana yang aman dan kondusif di pentas sepak bola Indonesia.